Senin, 29 September 2014

Hayaa


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur Alhamdulillah selalu kita panjatkan kepada Allah SWT karna Rahmat dan Hidayah-Nya kita masih bisa menikmati betapa indahnya kehidupan di dunia ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah untuk  Junjungan kita Nabi Besar Rasulullah SAW. dan para Sahabat serta Pengikutnya sepanjang zaman. Aamiin Yaa Rabb…

Selamat siang dan selamat menjalankan aktifitas untuk kita semua..
Disiang hari yang panas dan terkadang hujan ini, membuat kondisi fisik teruji bagi orang seperti saya yang suka berpanasan tak menentu,, tapi ketika berada di dalam ruangan ber-AC pikiran pun kadang suka kalut melihat tumpukkan kertas yang entah apa isinya,,, fiiiuhhh,,,
Yahhh itu pengantar awal dan sedikit menceritakan aktifitas keseharian saya,, (nggak penting dibaca sih!!) hehehe...

Oke,, masuk ke inti utama penulisan Blog saya saat ini,… Eheem ehhmmm,, cekk sound cekk sound,..
Dalam rangka mengikuti perkembangan zaman di era moderenisasi ini,, saya juga turut termasuk menjadi salah satu diantara sekian banyak orang yang menganutnya,, dan tadi pagi ketika saya menggunakan fasilitas modern (Hape Android) dan membuka sebuah aplikasi Sosmed saya IG ato Instagram,, saya menemukan post-an yang bertema “The Most Beautiful Characteristic is Hayaa”.. what the meaning of Haya??? Dan saya tertarik,, lalu mulai mencari-cari penjelasan tentang apa itu Hayaa,, dan yang membuat saya tertarik karena ini tentang Islam Characteristik.. yaahh,, karena saya belum banyak cukup ilmu,, maka saya seaching2 mencari untuk menambah ilmu tentang ke-Islam-an saya,, 

Berikut rangkuman mengenai Hayaa yang menurut saya para pembaca yang budiman juga perlu tahu,, yahh walau pun sudah tau sih,, hehehe,..

Kesucian diri berarti kemauan seseorang untuk menjalankan hidupnya di atas syariah Islam tanpa dipaksa ataupun terpaksa.  Seseorang yang benar-benar beriman kepada ALlah, Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan Hari Pembalasan akan menta'ati Allah karena taqwa dan mencari ridha Allah semata.  Pria dan wanita yang beriman kepada Allah pasti akan menjaga dirinya agar tidak terjerumus ke dalam jurang maksiat dan dosa.  Mereka senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan.
                                                  

Untuk tujuan inilah Islam menetapkan asas-asas pendidikan akhlaq.  Dengan pendidikan akhlak seseorang dapat mewarnai dirinya dengan sifat-sifat yang baik dan membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang keji.  Di antara sekian banyak Akhlak yang diutamakan dalam Islam adalah sifat haya' (malu).   Menurut bahasa berarti perubahan, kehancuran perasaan atau duka cita yang terjadi pada jiwa manusia karena takut di cela. Adapun asal kata al-hayaa u (malu) berasal dari kata al-hayaatu (hidup), juga berasal dari kata al-hayaa (air hujan). Sedangkan menurut istilah adalah akhlaq yang sesuai dengan sunnah yang membangkitkan fikiran untuk meninggalkan perkara yang buruk sehingga akan menjauhkan manusia dari kemaksiatan dan menghilangkan kemalasan untuk menjalankan hak Allah.


Pengertian haya'sendiri sebetulnya tidak terbatas pada pengertian "malu" saja.  Haya adalah

satu instrumen yang digunakan untuk membina kesucian dan menghalangi Mukminin

dan Mukminat terjatuh kedalam dosa dan maksiat.  Rasulullah telah menegaskan

bahwa:

        “Setiap agama ada akhlaqnya, dan akhlak Islam adalah haya”

        (HR Malik, Ibn Majah, Baihaqi)



        Malu dan iman itu adalah teman seiring dan sejalan.  Bila yang satu diangkat maka yang lain pun akan terangkat pula”

        (HR Muslim)



Islam mendidik masyarakat untuk memiliki dan menghayati sifat haya sehingga mereka bukan saja terlindung dari dosa dan kejahatan, namun juga menyadari bahaya dari niat-niat dan syahwat yang keji serta berusaha menjauhkan diridaripadanya.  Pria dan wanita yang beriman dan telah memiliki sifat haya' akan senantiasa menjaga kesucian dirinya dari perbuatan dosa.



عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍٍ اْلأَنْصَاريِ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((إِنَّ مِـمَّـا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى : إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ؛ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

Artinya:

“Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’”


Malu adalah Ciri Khas Keutamaan Manusia

Ketahuilah, Allah memberikan sifat malu agar manusia menahan diri dari keinginan-keinginannya sehingga tidak berprilaku seperti binatang. Ingatlah ketika Adam dan Hawa memakan buah yang terlarang lalu nampaklah aurat keduanya.

“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (Qs. Al-A’raaf : 22)


Terdapat banyak jenis-jenis malu, diantaranya :


Malu kepada Allah
Ketahuilah sesungguhnya celaan Allah itu diatas seluruh celaan. Dan pujian Allah subhanahu wata’ala itu diatas segala pujian. Orang yang tercela adalah orang yang dicela oleh Allah. Orang-orang yang terpuji adalah orang-orang yang dipuji oleh Allah. Maka haruslah lebih malu kepada Allah dari pada yang lain.

Malu kepada Allah adalah jalan untuk menegakkan segala bentuk Ketaatan dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Karena jika seorang hamba takut di cela Allah, tentunya ia tidak akan menolak ketaatan dan tidak pula mendekati kemaksiatan. Oleh karena itulah malu merupakan sebagian dari iman.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ

Artinya:
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”

Malu kepada Manusia
Termasuk jenis malu adalah malunya sebagian manusia kepda sebagian yang lain. Sebagaimana malunya seorang anak kepada orangtuanya, isteri kepada suaminya, orang bodoh kepada orang pandai.

Maksudnya, barangsiapa tidak memiliki rasa malu, maka ia berbuat apa saja yang ia inginkan, karena sesuatu yang menghalangi seseorang untuk berbuat buruk adalah rasa malu. Jadi, orang yang tidak malu akan larut dalam perbuatan keji dan mungkar, serta perbuatan-perbuatan yang dijauhi orang-orang yang mempunyai rasa malu. Ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :


مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.


“Barangsiapa berdusta kepadaku dengan sengaja, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di Neraka.”
 
Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas bentuknya berupa perintah, namun maknanya adalah penjelasan bahwa barangsiapa berdusta terhadapku, ia telah menyiapkan tempat duduknya di Neraka.


Malunya seseorang terhadap dirinya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إلاَّ بِخَيْرٍ.


“Malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.”


 Dan ini salah satu bentuk malu yang di rasakan oleh jiwa yang terhormat, tinggi dan mulia, sehingga ia tidak puas dengan kekurangan , kerendahan dan kehinaan. Karena itu engkau akan menjumpai seseorang yang merasa malu kepada dirinya sendiri, seolah-olah di dalam raganya terdapat dua jiwa, yang satu merasa malu kepada yang lain. Malu inilah yang paling sempurna karena jika pada dirinya sendiri saja sudah demikian malu, apalagi terhadap orang lain.


Perkara-Perkara yang Tidak Termasuk Malu

Tidak berkata atau tidak terang-terangan dalam kebenaran, Allah berfirman, “… dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar …” (Qs. Al-Ahzaab : 53)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari berkata, “an tidak boleh dikatakan bahwa bisa jadi malu itu menjadi penghalang untuk berkata yang benar, atau mengerjakan kebaikan karena malu yang seperti itu bukan malu yang syar’i (sesuai syariat)”

Imam an-Nawawi rahimahullah, dalam Syahr Shahih Muslim, “Terjadi masalah pada sebagian orang yaitu orang yang pemalu kadang-kadang merasa malu untuk memberitahukan kebaikan kepada orang yang ia hormati. Akhirnya ia meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Terkadang sifat malunya membuat ia melalaikan sebagian apa yang menjadi haknya dan hal-hal lain yang biasa terjadi dalam kebiasaan sehari-hari.”


Qâdhi ‘Iyâdh rahimahullâh dan yang lainnya mengatakan, “Malu yang menyebabkan menyia-nyiakan hak bukanlah malu yang disyari’atkan, bahkan itu ketidakmampuan dan kelemahan. Adapun ia dimutlakkan dengan sebutan malu karena menyerupai malu yang disyari’atkan.”

Dengan demikian, malu yang menyebabkan pelakunya menyia-nyiakan hak Allah Azza wa Jalla sehingga ia beribadah kepada Allah dengan kebodohan tanpa mau bertanya tentang urusan agamanya, menyia-nyiakan hak-hak dirinya sendiri, hak-hak orang yang menjadi tanggungannya, dan hak-hak kaum muslimin, adalah tercela karena pada hakikatnya ia adalah kelemahan dan ketidakberdayaan.


Di antara sifat malu yang tercela adalah malu untuk menuntut ilmu syar’i, malu mengaji, malu membaca Alqur-an, malu melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi kewajiban seorang Muslim, malu untuk shalat berjama’ah di masjid bersama kaum muslimin, malu memakai busana Muslimah yang syar’i, malu mencari nafkah yang halal untuk keluarganya bagi laki-laki, dan yang semisalnya. Sifat malu seperti ini tercela karena akan menghalanginya memperoleh kebaikan yang sangat besar.


Tentang tidak bolehnya malu dalam menuntut ilmu, Imam Mujahid rahimahullah berkata,


لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِـرٌ.


“Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu”


Ummul Mukminin ‘Âisyah Radhiyallâhu ‘anha pernah berkata tentang sifat para wanita Anshâr,


نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ اْلأَنْصَارِ ، لَـمْ يَمْنَعْهُنَّ الْـحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِـي الدِّيْنِ.


“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshâr. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu Agama”


Para wanita Anshâr radhiyallâhu ‘anhunna selalu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ada permasalahan agama yang masih rumit bagi mereka. Rasa malu tidak menghalangi mereka demi menimba ilmu yang bermanfaat.


Ummu Sulaim radhiyallâhu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak malu terhadap kebenaran, apakah seorang wanita wajib mandi apabila ia mimpi (berjimâ’)?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apabila ia melihat air.”


Wanita Muslimah menghiasi dirinya dengan rasa malu. Di dalamnya kaum muslimin bekerjasama untuk memakmurkan bumi dan mendidik generasi dengan kesucian fithrah kewanitaan yang selamat. Al-Qur-anul Karim telah mengisyaratkan ketika Allah Ta’ala menceritakan salah satu anak perempuan dari salah seorang bapak dari suku Madyan. Allah Ta’ala berfirman,


فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا


“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, ‘Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak kami)…”[Al-Qashash/28: 25].


Dia datang dengan mengemban tugas dari ayahnya, berjalan dengan cara berjalannya seorang gadis yang suci dan terhormat ketika menemui kaum laki-laki; tidak seronok, tidak genit, tidak angkuh, dan tidak merangsang. Namun, walau malu tampak dari cara berjalannya, dia tetap dapat menjelaskan maksudnya dengan jelas dan mendetail, tidak grogi dan tidak terbata-bata. Semua itu timbul dari fithrahnya yang selamat, bersih, dan lurus. Gadis yang lurus merasa malu dengan fithrahnya ketika bertemu dengan kaum laki-laki yang berbicara dengannya, tetapi karena kesuciannya dan keistiqamahannya, dia tidak panik karena kepanikan sering kali menimbulkan dorongan, godaan, dan rangsangan. Dia berbicara sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak lebih dariitu.
Adapun wanita yang disifati pada zaman dahulu sebagai wanita yang suka keluyuran adalah wanita yang pada zaman sekarang disebut sebagai wanita tomboy, membuka aurat, tabarruj (bersolek), campur baur dengan laki-laki tanpa ada kebutuhan yang dibenarkan syari’at, maka wanita tersebut adalah wanita yang tidak dididik oleh Al-Qur-an dan adab-adab Islam. Dia mengganti rasa malu dan ketaatan kepada Allah dengan sifat lancang, maksiat, dan durhaka, merasuk ke dalam dirinya apa-apa yang diinginkan musuh-musuh Allah berupa kehancuran dan kebinasaan di dunia dan akhirat. Nas-alullaah as-salaamah wal ‘aafiyah.

Ibnul Qayyim:


وَمَنِ اسْتَحْيَ مِنَ اللهِ عِنْدَ مَعْصِيَّتِهِ اِسْتَحَى اللهُ مِنْ عُقُوْبَتِهِ يَوْمَ يَلْقَاهُ وَمَنْ لَمْ يَسْتَحِ مِنَ اللهِ تَعَالَى مِنْ مَعْصِيَّتِهِ لَمْ يَسْتَحِ اللهُ مِنْ عُقُوْبَتِهِ


“Barangsiapa malu terhadap Allah saat mendurhakaiNya, niscaya Allah akan malu menghukumnya pada hari pertemuan dengan-Nya. Demikian pula, barangsiapa tidak malu mendurhakaiNya, niscaya Dia tidak malu untuk menghukumnya”.


wallahu 'alam ...

Semoga Bermanfaat bagi kita semua,… Aamiin Yaa Rabb,… 


Sember




http://badaronline.com/artikel/rahasia-dibalik-kata-al-hayaa-malu-dalam-bahasa-arab.html


Minggu, 20 Juli 2014

SHALAT TASBIH



Assalamu'alaikum Wr.Wb..
Selamat siang dan selamat menjalakan ibadah puasa bagi yang melaksanakannya,,
semoga di akhir Ramadhan tahun ini kita semua mendapat Rahmat Magfirah dan Ampunan dari Allah SWT. sehingga kesalahan kita memasuki saat dimana kita kembali suci seperti saat kita dilahirkan di muka bumi ini.. Amiin,,
Shalawat serta salam marilah kita haturkan kehadirat junjungan kita Baginda Nabi Rasulullah SAW dan para Sahabat, kerabat, keluarga dan para pengikutnya hingga akhir jaman.
semalam ketika saya shalat Taraweh di Masjid, dan seperti biasanya setelah pelaksaan Shalat Isya' berjamah dan sebelum melaksanakan shalat Taraweh berjamaah ada penyampaian Tauziah yang disampaikan oleh Ustadz. dan pada malam itu isi Tauziahnya yang mengajarkan kepada kita tentang sebuah Hadist yang di Sampaikan Rasulullah SAW kepada pamannya, yakni tentang amalan yang dapat menghapus 10 macam dosa,, dan saya pikir ini sangat perlu juga untuk dapat disampaikan kepada teman-teman semua,, berikut bunyi Hadistnya:
"Dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai pamanku, maukah saya berikan padamu? maukah saya anugerahkan padamu? maukah saya berikan padamu? saya akan tunjukkan suatu perbuatan yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak.
Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai, maka bacalah "Subhanallâhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâh wallahu akbar" sebelum ruku’ sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap rakaat. Lakukan yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1297; Ibnu Majah, 1387; Ibnu Khuzaimah, 1216; al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1233; al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra, 3/51-52, dan lainnya dari jalan Abdurrahman bin Bisyr bin Hakam, dari Abu Syu’aib Musa bin Abdul Aziz, dari Hakam bin Abban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Sanad ini berderajat hasan)
Bahkan Syaikh al-Albani menilai hadits ini shahih.
demikianlah bunyi hadistnya,, dan shalat tersebut dikenal dengan shalat Tasbih,, ada baiknya shalat ini kita lakukan minimal sekali dalam seumur hidup kita,, 
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Rabu, 16 Juli 2014

ABSTRACT


ALTERNATIVE PALANNING CANAL RIVER BRIDGE AT TANJUNG PALAS USING PRESTRESSED CONCCRETE POST-TENSIONING SYSTEMS
ABSTRACT

The bridge is a means of transportation that is needed by humans. With the means of transport that can foster economic system is also good for humans. Therefore, Alternative Planning Canal River Bridge at Tanjung Palas Using Prestressed Concrete Post-Tensioning System should be able to improve the quality of the bridge as a means of transport that can support human activities.

Analyses were conducted to determine the method of Post-Tensioning Systems in the application of value engineering (value engineering), Post-Tensioning System is a system where the steel cables (tendons) inside the cartridge stretchable wrapping pipes that are mounted in a prestressed beam pattern according to planned. Then anchored at one end of the one and the other end is pulled so that given the gravity produces prestressed concrete pressure force on the cross section.

Based on the obtained cross-sectional analysis of Prestressed Concrete Post-Tensioning System as a girder on the bridge with a span of 40 meters and a width of 8 meters as follows: I use 5 girder profile with 6517 cm2 cross-sectional area where the top width 107 cm, width 71 cm and height under 165 cm. And using VSL tendon unit type 31 with number 26 strands (26 strands of wire).

Keywords: Transportation, Bridge, Post-Tensioning, Girder, Tendon.

Jumat, 02 Mei 2014

Belajar Menggambar


Assalamu'alaikum Wr. Wb... 
Apa kabarnya teman-teman semua,,, semoga selalu dalam keadaan sehat,,
ditengah kesibukan jaman modern ini,, saya juga turut sibuk untuk melihat kesibukan kesibukan umat manusia di dunia ini,, tapi tak pernah mengerti apa sebenarnya yang mereka sibukkan,, ????
yaa itu adalah pengantar yang tidak ada sangkut pautnya dengan posting kali ini,,, 
masih tetap pada intinya,, sebangai seorang calon sarjana teknik sipil,, sedaaapppp,,, hahahaha,, saya akan memberikan beberapa contoh gambar dengan file cad... yaahh,, sebagai bahan belajar saya,, siapa tau ada yang mau belajar juga,, walaupun masih sedikit kaku dan kuno,, 
dikarenakan saya adalah seorang sipil,, yang minim pengalaman dan lain lain,, dan lain lain,, tapi mencoba belajar ilmu arsitek dari teman-teman dan si om google tentunya,, hehehe
buat yang ingin melihat hasil hasil gambaran saya monggo di "klik" 
yuupppp,,, demikian dulu yang dapat saya bagikan kepada temanteman semua,,, semoga bermanfaat, khususnya mahasiswa teknik,, hhihihihihi,,,
oyaaa,, tolongin juga doakan saya yaa,, supaya cepat lulus dan dapat gelar ST,,,
terimakasihh,,,
Wassalmu'alaikum, Wr. Wb


Rabu, 26 Maret 2014

Riwayat Hidup Albert Enstein

Selamat siang sodara-sodara,, siang ini terasa panas sekali... padahal baru beberapa menit yang lalu diguyur hujan.. yaa begitu laa kondisi di daerah saya ini. kadang panas, kadang pula hujan. kadang kadang lagi asik-asiknya panas, eh malah tau taunya hujan,, hehehe..
lohh kok malah ngebahas cuaca,, padahal judulnya tentang opa Enstein orang yang saya gemari di dunia ini, tentunya setelah Nabi Muhammad SAW dan Mama tercinta,, hakhakhakhak.... 
okelah.. kalo begitu saya paparkan tentang riwayat hidup opa Albert Enstein dari bebrbagai sumber yang saya kumpulkan,, 



Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola.
Pada umur lima tahun, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya). Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme.
Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika.
Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat kota Milan). Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia.
Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.
'Einsteinhaus' di kota Bern di mana Einstein dan Mileva tinggal (di lantai 1) pada masa Annus Mirabilis
Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Marić, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya (juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negara Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman sdekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl Einstein, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah.

Albert Einstein, 1905
Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss pada tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka.
Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan. Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir. Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") pada tahun 1905 dari Universitas Zürich.
Di tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian), efek fotolistrik, dan relativitas khusus) pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.
Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP) merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005.

Albert Einstein, 1951 (saat ulang tahun ke 72, diambil oleh Arthur Sasse, photographer)
Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial.
Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguna, tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom itu benar-benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom, kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brown.


semoga bermanfaat,...